Sampai Jumpa Lagi, Ramadan

Kian dekat saja waktu di mana kita berpisah
Meninggalkan kenangan dan bahagia
Meski separuh tubuh menyambut suka cita
Sedikit penyesalan menyusup karena tak bisa
Menghiasi sela-sela waktuMu dengan sempurna
Banyak hari-hari yang terlewati karena kita
Lalai dan begitu sibuk dengan hal-hal remeh

Seharusnya kita lebih jeli memaknai kebersamaan
Lebih bijak dalam memanfaatkan waktu
Ia tetap bergerak maju meski kita diam tak berdaya,
Bagaimanapun tak akan mudah menerima kepergian
Rindu pada malam yang tak pernah sepi
Ramai oleh riuh tanda dan ayat-ayat surgawi
Pelukan ampunan dan kasih yang melimpah
Ada inginku untuk bersama andai masih ada waktu

Pada akhirnya kita harus tega merelakan
Dengan hati yang lapang dan rasa syukur yang mapan
Yakinlah, perpisahan adalah jeda waktu untuk kita
Bertemu kembali di kemudian hari, setidaknya
Akan ada doa dan keyakinan yang selalu menguatkan
Setiap langkah dan harapan untuk jumpa kembali

Sudah saatnya selamat tinggal diucapkan
Sedih ini pun sudah tak dapat ditolak lagi,
Ramadan pergi meninggalkan haru dan kelegaan
Keberkahan dan hikmah juga kebajikan
Kini bulan Mu telah pergi, berjalan memunggungi
Dan diri ini tak jua mampu menggenapi

Mau tak mau, mesti kuihlaskan sang waktu,
bersiap-siap imenerima kebaikan baru
Malaikat-malaikat turun membawa kabar gembira saat
Aroma pekat kemangan semakin dekat
Membelah hari yang kusut kembali suci
Hari penuh kemurahan maaf dan penghapus benci
Saat semua berpesta karena kembali jadi fitri

A Special Day

Today comes as a special day
Though our hardest work aint pay
Today, people honor those lines
Comes from our feeling and mind
Sometimes, thousand words couldn’t
Reveal as a simple thing burdens
While another occasion and moment
A word convey the whole sense
Many like to cry in every single line
Through stanza they could rely
We could sing in melody and rhyme
As we put our words on secret aim
It has happiness, sadness, and love
Keep our unspoken thoughts
It is a simple but deep medium
That we agree to call it poem

Happy World Poetry day!

Cita-Cita Bapak

Ia adalah orang yang keras, segala hal ia babat tegas
Tanpa basa basi ia menggertak sampai tak jarang dada ini terasa sesak
Ia bukanlah seorang yang pandai mencairkan suasana
Di balik kedinginannya, kasih sayang dan perhatiannya tersirat

Ia bukanlah pendongeng yang baik, yang pandai
Menina-bobokan adik yang sudah digerogoti rasa lelah
Tapi aku tahu, dalam diam ia selalu menggetarkan bibirnya
Mendoakan anaknya, dalam sujud dan tasbihnya

Ia adalah lelaki yang tegas, pasti akan marah jika ada hal
Yang membuat matanya seperti kelilipan debu kemalasan
Membimbing anaknya dengan contoh, bukan sekadar
Petuah-petuah yang membuat anak-anaknya menjadi lemah.

Bapak adalah anugerah yang dibungkus dengan sederhana
Ia telah menuntun anak-anaknya untuk berani bermimpi
Meraih cita-cita yang telah dicita-citakannya sejak lama:
‘Selalu menjadi cahaya dalam gelap orang-orang di sekitar’

IMG_0151

Foto bersama saat wisuda sarjana ini menjadi foto terakhir bersama beliau.
Tahun ini adalah8thn sejak kepergian beliau. *Allahummagfirlahu Warhamhu wa’afiihi Wa’fuanhu

Selamat Hari Bapak –

Idrak

Mestinya kita tahu bahwa hidup ini pancarona,
Walau kadang diselimuti candramawa.
Tak sedikit yang bilang hidup ini efemeral
Tak jarang ia terasa sepai dan halai balai
Kala takdir mengoyak dengan kenyataan risak

Tapi ingatlah, hidup ini mesti dipenuhi eunoia
Agar kita mampu menghiasi sudut pandang
Dan segala situasi dengan meraki
Memang tak ada hidup yang seperti nirmala
Namun ia mengajarkan kita untuk tak jadi candala

Kita patut bersyukur masih diberi arunika
Setiap hari saat membuka mata, dan swastamita
Sebelum malam datang menyuguhkan gemintang
Saat laut merayu dengan mangata yang memikat
Seperti nayanika meski dalam diri diterpa lakuna

Dari Balik Jendela

Dari balik jendela
Kau menikmati angin sepoi-sepoi
Yang lembut membelah sepi

Dari balik jendela
Kau menikmati langit yang
Kian menjingga dengan rasa
Syukur yang tak terhingga

Dari balik jendela
Kau merenungi nasibmu
Yang ganjil di tengah hidup
Yang semakin janggal

Dari balik jendela
Kau bersembunyi dari angan
Yang terus menyeretmu pada kenangan

Tabah

Aku melihat kerut lelah di wajahmu
Aku tahu di balik senyum manis itu
Kau menyimpan sekelumit perih

Tatapanmu itu, seperti mencoba memberikan
Sebuah tanda, bahwa kau ingin bercerita
Ada hal yang menyesakkan di dada

Langkahmu terlihat sangat berat
Meski begitu, beban yang kau pikul
Tak senantiasa menghentikan upayamu

Abhati

Sinar mentari mulai memancar di ufuk timur
Saat Para penduduk desa mulai mengabaikan tempat tidur
dengan langkah dan penglihatan yang masih kabur
Untuk menjemput rezeki yang sudah diatur

Sebagian mulai membuka lapak dagangan
Namun, ada juga yang tetap istiqomah menjadi bawahan
Meski sadar hal itu sering meremas-remas hati mereka
Yang penting dapat ridho dari yang maha segala
Agar semakin dekat pada cinta yang selalu didamba
Sore hari, asa dan harapan tetap menjadi buah bibir
Dengan sedikit bumbu syukur untuk menikmati takdir
Menjadi hal baik yang menguatkan keyakinan,
Disemai sujud yang terbingkai doa-doa dan salam

Satu hal yang menjadi mimpi bagi setiap manusia
Bentuk yang paling dirindukan di tiap helaan nafas
Cahaya agung yang menentramkan hati dan akal
Menebalkan iman dan mendekatkan diri pada tuhan

Setelah berberapa sujud dalam tahajud
Setelah doa-doa terpanjat pada sepertiga malam
Sebelum fajar mulai menampakkan keelokannya
Sebelum burung-burung meracau dengan kicauannya

Let the Unspoken Keep Unspoken

Things are just coming up
With no compromise,
You can’t avoid but accept
Love is always leading your heart
Resonates your soul yet
Sometimes it can hurt
Since the things are not
According to plan, it
Forcing you to get out of and
Leave all the comfort as well

People must not realize
They should ignore once,
Compassion breeze
Yet pain inside seize, because
You have to hide and keep
The precious sense in the deep
Inside your secret room
You let the words are flying
Around the blue sky, courtesy

Afterwards, you let the truth
Along the wind blowing
Only you and God knowing
Though, as you tries to elude
Yet end up wrecked and crumbling
You hardly hold the unwanted
Cause you won’t tell all things
Day by day, the wall just watching
Voice of anger and jealousy
Again, caring and longing
You are the only one knowing

Helena

Thy smile as hyphenate
Both longing and lovely
Thy thoughts resonat’d me
Insights of mercy
Thy compassion rest’d all of
Tiring and hopeless
Thy words warmth, my soul
Would be calm and joyful
Thy ways led the blissness
Into my crumbl’d heart
Thou not let insecurity in
While they tempt’d thee
Those art the reasons
For me to see through thee

Doa Doa Ibu

Sore hari selalu menjadi hal baik sederhana
Ia waktu yang pandai meringkus resah
Selalu setia menjadi pundak bagi ibu saat gelisah
Menanti ayah kembali dari medan mencari nafkah
Saat burung-burung tak memberi kabar bahagia
Tak pernah luput dari bibir ibu segala doa-doa

Sore hari menjadi semakin syahdu karena
Doa-doa ibu menggema dari sudut sudut rumah
Ia seperti mars penyemangat bagi anak-anaknya
Sampai kerasnya hidup seolah tak ada apa-apanya

Malam merangkak dari balik ranting dan dedaunan
Menyelinap lewat jendela rumah yang sejak pagi
Ditinggal ayah bergulat dengan nasib yang licik
Pada akhirnya, saat doa ibu telah bersambut, ayah
yang sudah terlihat lelah menyuling keringat
Kini dihujani senyum-senyum sang buah hati.

[selamat hari Ibu, Allahummagfir laha warhamha wa’afiihi wa’fuanha]